Katalogus

Kajian Pencinta Filologi (KATALOGUS) didirikan pada tahun 2011 oleh beberapa mahasiswa pencinta filologi, baik filologi Nusantara maupun filologi dunia.

Senin, 21 Mei 2012

Prolog


Berkenalan dengan Filologi


M
ari sejenak kita letakkan modernitas kehidupan dunia yang semakin menjadi-jadi di atas meja kerja kita. Lalu jadilah orang yang paling ingin tahu terhadap kehidupan di masa lampau, bagaimana kiranya orang-orang pada zaman dahulu beraktivitas layaknya kita sekarang. Adakah perbedaan dan persamaannya? Adakah kiranya yang bisa kita pelajari dari masa lampau?

                Mukadimah di atas hanya sebatas gambaran awal nan minimal dari luasnya wawasan mengenai filologi.Lalu, apa sebenarnya filologi itu? Secara terang tertera di dalam Kamus Istilah Filologi bahwa yang dimaksud dengan “filologi” ialah ilmu yang mempelajari kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya atau yang menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraannya.

                Melalui studi dan penelitian filologi, kesempatan untuk melakukan kontak terhadap masa lampau terbuka lebar. Dalam filologi Nusantara, objek kajian yang utama ialah naskah-naskah klasik yang berumur dari sekitar awal abad ke-16 hingga akhir abad ke-19. Berbeda dengan filologi Nusantara, filologi di belahan bumi yang berseberangan dengan Nusantara tentu memiliki patokan tahun pembuatan naskah tersendiri yang dijadikan sebagai objek kajiannya. Kesemuanya itu semata-mata didasarkan pada permulaan masuknya peradaban di suatu wilayah tertentu dan sejak manusia mengenal media penulisan lunak, misalnya kertas (bukan seperti arkeologi yang objek kajiannya ialah tulisan bermedia keras seperti prasasti batu atau perunggu, dll).

                Objek kajian yang telah disebutkan di atas akan menjadi perbincangan panjang yang terabadikan dalam tiap terbitan Katalogus. Lebih dari sekadar objek kajian, Katalogus juga memuat tulisan mengenai tokoh-tokoh filologi, baik peneliti maupun pelaku. Tidak sempurna juga bila buletin ini tidak dilengkapi dengan resensi buku-buku yang berkaitan dengan studi filologi, maka ada halaman tersendiri yang akan menghadirkan resensi tersebut. Kritik dan saran terhadap Katalogus sangat kami nantikan dari para pembaca, baik secara langsung melalui tatap muka maupun tak langsung melalui surat elektronik.

                Di akhir tulisan ini, benar adanya kita ketahui bahwa bagi para awam, istilah sastra dan linguistik cenderung lebih populer daripada filologi. Oleh karena itu, penting adanya tulisan-tulisan yang kami sajikan dalam buletin filologi bernama Katalogus ini untuk membuka jalan seluas-luasnya terhadap pemahaman mengenai studi filologi, serta kelestarian kebudayaan Indonesia dalam bentuk naskah-naskah klasik yang melimpah ruah di berbagai belahan dunia.
Jakarta-Depok, 2011
Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar