Berkenalan
dengan Filologi
M
|
ari sejenak
kita letakkan modernitas kehidupan dunia yang semakin menjadi-jadi di atas meja
kerja kita. Lalu jadilah orang yang paling ingin tahu terhadap kehidupan di
masa lampau, bagaimana kiranya orang-orang pada zaman dahulu beraktivitas
layaknya kita sekarang. Adakah perbedaan dan persamaannya? Adakah kiranya yang
bisa kita pelajari dari masa lampau?
Mukadimah di atas hanya sebatas
gambaran awal nan minimal dari luasnya wawasan mengenai filologi.Lalu, apa
sebenarnya filologi itu? Secara terang tertera di dalam Kamus Istilah Filologi bahwa yang dimaksud dengan “filologi” ialah
ilmu yang mempelajari kerohanian suatu bangsa dan kekhususannya atau yang
menyelidiki kebudayaan berdasarkan bahasa dan kesusastraannya.
Melalui studi dan penelitian
filologi, kesempatan untuk melakukan kontak terhadap masa lampau terbuka lebar.
Dalam filologi Nusantara, objek kajian yang utama ialah naskah-naskah klasik
yang berumur dari sekitar awal abad ke-16 hingga akhir abad ke-19. Berbeda
dengan filologi Nusantara, filologi di belahan bumi yang berseberangan dengan
Nusantara tentu memiliki patokan tahun pembuatan naskah tersendiri yang
dijadikan sebagai objek kajiannya. Kesemuanya itu semata-mata didasarkan pada
permulaan masuknya peradaban di suatu wilayah tertentu dan sejak manusia
mengenal media penulisan lunak, misalnya kertas (bukan seperti arkeologi yang
objek kajiannya ialah tulisan bermedia keras seperti prasasti batu atau
perunggu, dll).
Objek kajian yang telah
disebutkan di atas akan menjadi perbincangan panjang yang terabadikan dalam
tiap terbitan Katalogus. Lebih dari
sekadar objek kajian, Katalogus juga
memuat tulisan mengenai tokoh-tokoh filologi, baik peneliti maupun pelaku.
Tidak sempurna juga bila buletin ini tidak dilengkapi dengan resensi buku-buku
yang berkaitan dengan studi filologi, maka ada halaman tersendiri yang akan
menghadirkan resensi tersebut. Kritik dan saran terhadap Katalogus sangat kami nantikan dari para pembaca, baik secara
langsung melalui tatap muka maupun tak langsung melalui surat elektronik.
Di akhir tulisan ini, benar
adanya kita ketahui bahwa bagi para awam, istilah sastra dan linguistik
cenderung lebih populer daripada filologi. Oleh karena itu, penting adanya
tulisan-tulisan yang kami sajikan dalam buletin filologi bernama Katalogus ini untuk membuka jalan
seluas-luasnya terhadap pemahaman mengenai studi filologi, serta kelestarian
kebudayaan Indonesia dalam bentuk naskah-naskah klasik yang melimpah ruah di
berbagai belahan dunia.
Jakarta-Depok, 2011
Redaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar